Tidak hanya geodiversity, keberadaan biodiversity Dataran Tinggi Dieng juga potensial untuk dikembangkan. Unsur ini meliputi seluruh fauna dan flora yang ada di kawasan perencanaan pengembangan geopark yang tumbuh dan hidup terbatas di Indonesia. Keberadaan flora endemik seperti carica dan purwaceng dapat menciptakan sebuah produk lokal yang dapat dikembangkan hingga mencapai mancanegara. 

Carica Dieng (Carica pubescens) merupakan tanaman khas daerah Dieng yang termasuk satu genus dengan pepaya, namun memiliki aroma segar yang lebih harum dan tekstur yang lebih kenyal dibandingkan pepaya. Buah ini cenderung dikonsumsi setelah diolah dikarenakan jika dikonsumsi tanpa diolah, getahnya dapat membuat gatal pada kulit. Buah Carica ini dapat diolah menjadi manisan basah yang berpotensi dikembangkan menjadi komoditas andalan dengan nilai ekonomi tinggi (Rahayu & Pribadi, 2012). Selain Carica Dieng, terdapat Tanaman Purwaceng (Pimpinella pruatjan) yang dapat dijumpai di sekitaran Dataran Tinggi Dieng. Tanaman ini memiliki khasiat pada akarnya dimana mengandung turunan senyawa kumarin yang digunakan dalam industri obat modern. Pada mulanya, tanaman puwaceng digunakan oleh penduduk Dieng untuk memelihara kesehatan, namun dalam perkembangannya dan isu yang dihembuskan, tanaman ini berkembang menjadi komoditas yang sangat terkenal sebagai bahan aprodisiak atau obat tradisional sebagai bahan baku obat kuat bagi laki-laki (Yuhono, 2015).

Jika kita berkunjung ke sekitar Dieng, maka kita akan mudah menjumpai penjual oleh-oleh khas setempat yaitu olahan carica dan purwaceng. Keberadaan UMKM oleh-oleh olahan carica dan purwaceng ini juga selaras dengan potensi produksi komoditas yang banyak dihasilkan di Kawasan Dieng dan dapat dikatakan sebagai tanaman khas yang tumbuh dengan baik di Kawasan Dieng. Dengan adanya UMKM oleh-oleh carica dan purwaceng tersebut diharapkan dapat menyerap tenaga kerja perempuan setempat untuk mewujudkan kesetaraan gender dan menghasilkan penghasilan tambahan. Oleh-oleh Carica Dieng tersebar di beberapa geosite seperti Gunung Pangonan, Telaga Merdada, Kawah Sikidang, Kawag Sileri, Sumur Jalatunda, Kawah Candradimuka, Telaga Dringo, Curug Sirawe, dan Sektor Graben Pager Kandang. Sementara itu, untuk oleh-oleh purwaceng terdapat pada geosite Kompleks Kawah Sikidang.

Tanaman Purwaceng ©indonesiakaya.com  

Tanaman Carica ©indonesia.go.id

Not only geodiversity, but the presence of biodiversity in the Dieng Plateau also has potential for development. This includes all fauna and flora in the geopark development planning area that grow and live in limited quantities in Indonesia. The presence of endemic flora such as Carica and Purwaceng can create a local product that can be developed to reach international markets.

Carica Dieng (Carica pubescens) is a distinctive plant from the Dieng area, belonging to the same genus as papaya but with a fresher aroma and a more chewy texture compared to papaya. The fruit is usually consumed after processing because its sap can cause itching when consumed raw. Carica fruit can be processed into wet preserves that have the potential to become a flagship commodity with high economic value (Rahayu & Pribadi, 2012). Besides Carica Dieng, there is also Purwaceng (Pimpinella pruatjan) found around the Dieng Plateau. This plant is valued for its roots, which contain derivatives of coumarin compounds used in the modern pharmaceutical industry. Initially used by Dieng residents for health maintenance, Purwaceng has evolved into a well-known commodity as an aphrodisiac or traditional medicine ingredient for male stamina (Yuhono, 2015).

When visiting around Dieng, one can easily find local vendors offering processed Carica and Purwaceng products. The presence of MSMEs producing Carica and Purwaceng products aligns with the potential for producing many commodities in the Dieng area and can be considered as characteristic plants thriving in the area. The existence of these MSMEs is expected to absorb local female labor to achieve gender equality and generate additional income. Carica Dieng products are available at several geosites such as Mount Pangonan, Merdada Lake, Sikidang Crater, Sileri Crater, Jalatunda Well, Candradimuka Crater, Dringo Lake, Sirawe Waterfall, and Pager Kandang Graben Sector. Meanwhile, Purwaceng products are found at the Sikidang Crater Complex geosite.