Kategori: Warisan Budaya Takbenda Indonesia
Lokasi Tradisi: Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara & Wonosobo
Momen Puncak: Dieng Culture Festival (DCF)

1. Deskripsi & Proses Ritual

Ruwatan Rambut Gimbal adalah upacara adat sakral yang dilakukan untuk memotong rambut gimbal alami pada anak-anak Dieng. Rambut gimbal ini bukan akibat gaya rambut atau penyakit, melainkan fenomena unik yang diyakini muncul karena faktor alam dan spiritual. Anak yang memiliki rambut gimbal akan “meminta” sesuatu sebelum rambutnya dipotong, dan permintaan itu harus dipenuhi oleh keluarga.

Ritual biasanya diawali dengan kirab budaya, doa bersama, dan prosesi pemotongan rambut oleh tokoh adat atau pemuka agama. Rambut yang telah dipotong kemudian dihanyutkan ke sungai atau telaga, melambangkan pelepasan energi dan pembersihan diri.

2. Filosofi & Makna Simbolis

  • Gunung = Kepala Manusia

  • Rambut Gimbal = Hutan di Gunung

Filosofi ini mencerminkan pesan moral tentang pentingnya menjaga kelestarian alam pegunungan. Sama seperti hutan yang harus dijaga agar gunung tetap “hidup”, rambut gimbal dalam tradisi ini dipandang sebagai bagian alami yang harus diruwat agar kehidupan tetap seimbang.

3. Keterkaitan dengan Geopark Dieng

Meskipun bukan fenomena geologis murni, Ruwatan Rambut Gimbal memiliki keterikatan kuat dengan lanskap vulkanik Dieng:

  • Lingkungan Subur: Dataran tinggi vulkanik yang kaya mineral mendukung kehidupan dan kebudayaan setempat.

  • Kearifan Lokal: Tradisi ini mengajarkan hubungan harmonis antara manusia dan alam, sebuah nilai penting dalam pengelolaan geopark.

  • Ritual di Alam Terbuka: Prosesi sering dilakukan di lokasi dengan latar pegunungan, telaga, atau candi, memperkuat hubungan budaya dengan bentang alam geologi.

4. Mitologi & Kepercayaan

Menurut kepercayaan setempat, rambut gimbal muncul karena pengaruh roh penjaga Dieng atau akibat kondisi spiritual tertentu. Pemotongan rambut tanpa ruwatan dipercaya dapat membawa kesialan atau gangguan kesehatan. Kisah-kisah ini menambah dimensi mistis pada fenomena yang sudah langka dan menjadi salah satu identitas budaya kuat masyarakat Dieng.