1. Telaga Menjer
Telaga Menjer merupakan telaga alam yang terluas di Kabupaten Wonosobo. Telaga Menjer berada pada ketinggian 1.300 mdpl dengan luas 70 hektar dan kedalaman air mencapai 50 m. Telaga Menjer terletak di Desa Maron dan Desa Tlogo, Kecamatan Garung, 12 km sebelah Utara Kota Wonosobo.
Telaga Menjer is the largest natural lake in Wonosobo Regency. It is situated at an elevation of 1,300 meters above sea level, with an area of 70 hectares and a water depth reaching 50 meters. Telaga Menjer is located in Maron Village and Tlogo Village, Garung District, 12 kilometers north of Wonosobo City.
2. Kompleks Sidede-Sikarim
Kompleks Sidede-Sikarim merupakan air terjun yang berada di Dataran Tinggi Dieng yang berjarak 17 km dari ibukota Kabupaten Wonosobo. Kompleks Sidede-Sikarim berada pada ketinggian 1.800 (mdpl). Sumber air terjun ini berasal dari limpahan air kelompok Gunung Sikunir dan Gunung Pakuwaja yang kemudian mengalir menuruni tebing yang tingginya hampir 90 m.
Sidede-Sikarim Waterfall Complex is located in the Dieng Plateau, 17 km from the capital of Wonosobo Regency. The Sidede-Sikarim Complex is situated at an altitude of 1,800 meters above sea level. The source of the waterfall comes from the overflow of water from the Sikunir Mountain and Pakuwaja Mountain groups, which then flows down a cliff almost 90 meters high.
3. Telaga Cebong
Terletak di desa tertinggi di Jawa yaitu Desa Sembungan, Telaga Cebong merupakan telaga yang terjadi dari bekas kawah purba, dulunya memiliki luas sekitar 18 ha, akan tetapi lama kelamaan mulai menyempit dan tersisa sekitar 12 ha. Lokasi Telaga Cebong berada disebelah barat Gunung Sikunir dengan bentuk menyerupai cebong/berudu, dari bentuk itulah akhirnya telaga ini diberi nama telaga cebong.
Located in the highest village in Java, Sembungan Village, Cebong Lake is a lake formed from an ancient crater. Initially, it covered an area of about 18 hectares, but over time it has gradually shrunk to around 12 hectares. Cebong Lake is situated to the west of Mount Sikunir and is shaped like a tadpole, which is why it was eventually named Cebong Lake.
4. Kerucut Vulkanik Sikunir
Kerucut Vulkanik Sikunir dikenal sebagai The Best Sunrise in Central Java. Kerucut Vulkanik Sikunir berada di ketinggian 2.463 mdpl. Dari ketinggian Kerucut Vulkanik Sikunir ini, wajah pagi yang pertama akan dibuka dengan panorama sunrise terbaik di Provinsi Jawa Tengah.
The Sikunir Volcanic Cone is known as the Best Sunrise in Central Java. It is situated at an elevation of 2,463 meters above sea level. From the height of the Sikunir Volcanic Cone, the morning face is first revealed with the best sunrise panorama in Central Java Province.
5. Kerucut Vulkanik Seroja
Kerucut Vulkanik Seroja ini menjadi menjadi salah satu wisata alam di Kabupaten Wonosobo yang selalu viral dan menawarkan spot-spot baru menarik untuk kalian kunjungi. Kerucut Vulkanik Seroja menjadi satu tempat bersama Kahyangan Skyline dengan fasilitas dan spot wisata yang lebih baik dan lengkap.
The Seroja Volcanic Cone is one of the natural tourist attractions in Wonosobo Regency that has gone viral and offers new and interesting spots to visit. The Seroja Volcanic Cone is part of the Kahyangan Skyline, with better and more complete facilities and tourist spots.
6. Lava Gunung Prambanan
Lava Gunung Prambanan yang terletak di Kabupaten Wonosobo ini terletak di Kecamatan Kejajar dengan lokasi situs geosite mencakup Desa Tieng. Lava Gunung Prambanan ini menjadi salah satu bukit di Pegunungan Dieng yang memiliki pemandangan indah selain Gunung Kendil dan Gunung Pakuwaja.
The Prambanan Mountain Lava, located in Wonosobo Regency, is situated in Kejajar District with the geosite covering Tieng Village. The Prambanan Mountain Lava is one of the hills in the Dieng Mountains that offers beautiful scenery besides Mount Kendil and Mount Pakuwaja.
7. Lava Gunung Pakuwaja
Gunung Pakuwaja merupakan merupakan gunungapi yang terbentuk pada episode paling muda yang menempati kompleks bagian tengah dari pembentukan kaldera dieng.
Mount Pakuwaja is a volcano formed in the youngest episode occupying the central part of the Dieng caldera formation.
8. Kompleks Telaga Warna
Kompleks Telaga Warna disebut telaga warna dikarenakan telaga ini mampu memantulkan pancaran berbagai warna disebabkan adanya kadar mineral yang berwarna warni dan sangat indah. Kompleks Telaga Warna juga memiliki daya tarik dari Landscape yang menyajikan kombinasi kenampakan Telaga Warna dan dinding kawah yang mengelilingi Telaga Warna.
The Telaga Warna Complex is named Telaga Warna (Color Lake) because it can reflect various colors due to the presence of colorful minerals, creating a very beautiful sight. The Telaga Warna Complex also has an attraction from the landscape that presents a combination of the Telaga Warna and the crater walls surrounding it.
9. Tuk Bima Lukar
Tuk Bima Lukar menjadi hulu Sungai Serayu yang mengaliri banyak wilayah kabupaten di bawahnya. Mata air ini tidak pernah kering sepanjang musim dan menjadi pusat ritual pada saat prosesi penyelenggaraan hari jadi Kabupaten Wonosobo dan juga dipercaya sebagai tempat keramat bagi penganut penghayat kepercayaan.
Tuk Bima Lukar is the source of the Serayu River, which flows through many districts below. This spring never dries up throughout the seasons and becomes the center of rituals during the anniversary celebrations of Wonosobo Regency. It is also believed to be a sacred place for adherents of local beliefs.
10. Kerucut Vulkanik Bisma
Kerucut Vulkanik Bisma secara administratif terletak di Desa Sikunang dan Campursari, Kecamatan Kejajar serta Desa Slukatan, Kecamatan Mojotengah, Wonosobo, meskipun sebagian besar area termasuk dalam area administratif Desa Sikunang dan Campursari.
The Bisma Volcanic Cone is administratively located in Sikunang and Campursari Villages, Kejajar District, and Slukatan Village, Mojotengah District, Wonosobo, although most of the area falls within the administrative region of Sikunang and Campursari Villages.
11. Kompleks Kawah Sikidang
Kompleks Kawah Sikidang atau Kawah Kidang merupakan kawah yang terbentuk dari aktivitas vulkanologi yang ada di Dieng. Nama Sikidang berasal dari sebutan masyarakat atas fenomena yang ada di Kawah Sikidang, kawah yang sering meletup dan berpindah pindah layaknya kijang yang sedang melompat adalah asal dari penamaan kawah ini.
The Sikidang Crater Complex, or Kawah Kidang, is a crater formed by volcanological activity in Dieng. The name Sikidang comes from the local people’s reference to the phenomenon in the Sikidang Crater, where the crater often bubbles and moves around like a jumping deer, which is the origin of its name.
12. Kawah Gunung Pangonan
Kawah Gunung Pangonan secara visual termasuk pada karakteristik wisata bukit. Meskipun tidak hanya mendaki treking Gunung Pangonan yang menarik karena keindahan alam sekitarnya, dan atraksi lainnya digunakan sebagai spot foto dan Ground Camping. Dibelakang batu besar Gunung Pangonan ini merupakan dinding dari danau vulkanik yang membentuk Telaga Merdada.
The Pangonan Mountain Crater visually falls under the characteristic of hill tourism. The attraction of trekking up Pangonan Mountain lies not only in the climb itself but also in the surrounding natural beauty, and it is often used as a photo spot and camping ground. Behind the large rock of Pangonan Mountain is the wall of the volcanic lake that forms Merdada Lake.
13. Telaga Merdada
Telaga Merdada secara visual termasuk pada karakteristik wisata danau. Diberi nama ‘’merdada’’ merujuk pada ‘’dada’’ yang mengandung makna lapang atau luas. Dengan kedalaman 8-10 m Telaga Merdada merupakan telaga terluas yang ada di Dataran Tinggi Dieng dengan luas 25 hektar dan berlatar belakang perbukitan yang mengelilingi seluruh luasan telaga.
Merdada Lake visually falls under the characteristic of lake tourism. Named “merdada,” which refers to “dada” meaning wide or spacious. With a depth of 8-10 meters, Merdada Lake is the largest lake in the Dieng Plateau, covering 25 hectares and surrounded by hills that encompass the entire lake.
14. Kompleks Curug Sirawe Bitingan
Air terjun atau Curug Sirawe merupakan salah satu destinasi wisata yang terletak di Dusun Bitingan. Dengan ketinggian mencapai 80 m, curug ini memberikan pemandangan yang menakjubkan, air terjunnya terlihat sangat unik dengan pohon liar yang dapat tumbuh subur disekitarnya. Selain itu, air yang mengalir yaitu air jernih. Menurut keyakinan masyarakat setempat, Curug Sirawe sangat erat kaitannya dengan candi-candi Hindu Syiwa di Dieng.
The Sirawe Waterfall, or Curug Sirawe, is a tourist destination located in Bitingan Hamlet. With a height reaching 80 meters, this waterfall provides a stunning view, and the waterfall itself appears unique with wild trees growing lushly around it. Additionally, the flowing water is clear. According to local beliefs, Curug Sirawe is closely related to the Shiva Hindu temples in Dieng.
15. Sektor Graben Pagerkandang
Geosite Sektor Graben Pagerkandang ini berada pada ketinggian 1991 mdpl. Daerah ini memiliki daya tarik berupa pemandangan landscape graben serta morfologi dinding Kaldera Dieng pada bagian Utara. Selain itu juga nampak pemandangan antropogenik (pertanian dan perkebunan) pada lembah Gunung Sipandu serta adanya sumur produksi panas bumi milik PT. GEODIPA ENERGY.
The Pagerkandang Graben Sector geosite is at an altitude of 1,991 meters above sea level. This area offers attractions such as the landscape view of the graben and the morphology of the Dieng Caldera walls to the north. Additionally, there are anthropogenic views (agriculture and plantations) in the Sipandu Mountain valley and a geothermal production well owned by PT. GEODIPA ENERGY.
16. Kawah Sileri
Kawah Sileri merupakan kawah yang paling aktif dan pernah meletus beberapa kali yang sempat tercatat adalah tahun 1944, 1964, 1984, 2003, 2009. Nama Sileri berasal dari bahasa jawa yaitu Leri atau air sisa cucian beras. Air kawah yang terlihat berwarna silver dan mengalir ke Sungai Dolog inilah yang akhirnya diberi nama Leri atau Sileri, dicocokan dengan warna air yang terlihat kotor seperti leri. Untuk biodiversity yang terdapat di Kawah Sileri ialah Pohon Cemara.
Sileri Crater is the most active crater and has erupted several times, notably in 1944, 1964, 1984, 2003, and 2009. The name Sileri comes from the Javanese word “leri” which means rice washing water. The crater water, which appears silver and flows into the Dolog River, is named Leri or Sileri, matching the dirty appearance of the water. The biodiversity in Sileri Crater includes pine trees.
17. Kerucut Vulkanik Nagasari
Kerucut Vulkanik Nagasari ini berada pada ketinggian 1.991 (mdpl). Gunung Nagasari ini memiliki daya tarik berupa pemandangan landscape serta morfologi dinding Kaldera Dieng pada bagian Utara. Selain itu juga nampak pemandangan antropogenik (pertanian dan perkebunan).
The Nagasari Volcanic Cone is at an altitude of 1,991 meters above sea level. Mount Nagasari offers attractive landscape views and the morphology of the Dieng Caldera walls to the north. Additionally, there are anthropogenic views (agriculture and plantations).
18. Kompleks Kawah Candradimuka
Arti dari nama Candradimuka diambil dari dua kata, yaitu ‘candra’ yang berarti bulan dan ‘muka’ yang berarti wajah. Oleh karena itu, Candradimuka diibaratkan melihat bulan hanya satu di depannya saja tanpa melihat bulan di bagian belakang. Salah satu yang menjadi daya tarik Kawah Candradimuka adalah air kawah yang kerap berubah-rubah warnanya.
The name Candradimuka is derived from two words, ‘candra’ meaning moon and ‘muka’ meaning face. Hence, Candradimuka is likened to seeing the moon only from the front without seeing the moon behind. One of the attractions of the Candradimuka Crater is its water, which often changes color.
19. Telaga Diringo
Telaga Dringo atau disebut juga Sidringo atau Sidlingo adalah sebuah telaga yang berada di ketinggian 2.202 Mdpl. Nama telaga ini diambil dari nama tanaman obat yang kerap tumbuh di kawasan telaga bernama Dlingo. Telaga ini sejatinya adalah hasil dari bekas letusan Gunung Dringo. Pada pagi hari, wisatawan dapat menikmati sunrise dari Kawasan Telaga Dringo. Pada malam hari, wisatawan dapat berkemah di kawasan tapak kemah yang cukup luas.
Dringo Lake, also known as Sidringo or Sidlingo, is a lake at an altitude of 2,202 meters above sea level. The lake’s name is taken from a medicinal plant that often grows in the area called Dlingo. The lake is actually the result of the eruption of Mount Dringo. In the morning, tourists can enjoy the sunrise from the Dringo Lake area. At night, visitors can camp in the fairly spacious campsite.
20. Kawah Sinila
Kawah Sinila merupakan salah satu kawah vulkanik aktif. Lubang Kawah Sinila berupa danau kecil yang berada pada suatu cekungan. Kawah ini memiliki catatan tragis dan menjadi salah satu pemicu disusunnya mitigasi bencana geologi di Indonesia setelahnya. Kawah Sinila pernah meletus cukup kuat pada 20 Februari 1979 menyemburkan material padat dan gas serta menyebabkan gempa bumi yang cukup kuat.
Sinila Crater is one of the active volcanic craters. The Sinila Crater’s hole is a small lake in a depression. This crater has a tragic history and was one of the triggers for geological disaster mitigation in Indonesia. Sinila Crater erupted quite strongly on February 20, 1979, spewing solid material and gas and causing a significant earthquake.
21. Sumur Jalatunda
Sumur Jalatunda ini merupakan sumur raksasa yang memiliki kedalaman 100 m dengan diameter 90 m. Ada sebuah mitos dikawasan ini yang dipercaya masyarakat sekitar mengenai salah satu pintu ghaib menuju penguasa laut Selatan. Jika mampu melempar batu hingga ke sisi sebrang, melintas permukaan sumur, maka dipercaya permintaan orang tersebut akan terkabul. Mitos tersebut juga yang menjadi dasar pemberian nama pada sumur ini.
Jalatunda Well is a giant well with a depth of 100 meters and a diameter of 90 meters. There is a myth in this area believed by the local people about one of the mystical doors leading to the ruler of the South Sea. If one can throw a stone across the surface of the well, it is believed their wish will be granted. This myth is also the basis for the well’s name.
22. Kawah Timbang
Kawan Timbang ini berada di Desa Penanggungan, Kecamatan Batur Kabupaten Baanjarnegara yang berada di ketinggian 1.874 mdpl. Pada kawasan ini, terdapat manifestasi panas bumi yang terekam pada semburan asap berupa fumarole, pemandangan antropogenik (pertanian dan perkebunan) serta kenampakan pemandangan perbukitan utara kawah Timbang berupa punggungan dan gawir.
Timbang Crater is located in Penanggungan Village, Batur District, Banjarnegara Regency, at an altitude of 1,874 meters above sea level. In this area, there are geothermal manifestations recorded in fumarole smoke emissions, anthropogenic views (agriculture and plantations), and the northern hillside view of Timbang Crater consisting of ridges and cliffs.
23. Kompleks Curug Merawu
Kompleks Curug Merawu memiliki tiga buah air terjun. Treking menuju geosite berupa jalur setapak, di kiri jalan tebing dan di sebelah kanannya terdapat area pesawahan dan perkebunan milik warga, Sungai Merawu, serta kawasan perbukitan. Curug yang pertama ialah Curug Sigenting, sebuah air terjun yang memiliki tinggi sekitar 70 m dengan aliran air yang deras, bersih, dan dingin. Terdapat sebuah gazebo di depan curug yang dapat dimanfaatkan untuk bersantai.
The Merawu Waterfall Complex has three waterfalls. The trekking route to the geosite is a footpath with cliffs on the left and rice fields and plantations on the right, along with the Merawu River and hilly areas. The first waterfall is Sigenting Waterfall, which is about 70 meters high with a strong, clean, and cold water flow. There is a gazebo in front of the waterfall that can be used for relaxing.