Kategori: Pusat Edukasi dan Interpretasi Geopark Lokasi: Dieng Kulon, Batur, Banjarnegara
1. Deskripsi & Fungsi
Berlokasi di jantung Dataran Tinggi Dieng, Museum Kailasa berperan sebagai gerbang pengetahuan untuk memahami kekayaan geologi, arkeologi, budaya, dan keanekaragaman hayati Geopark Dieng. Nama “Kailasa” diambil dari Gunung Kailasa, tempat tinggal Dewa Siwa dalam mitologi Hindu, yang merefleksikan kekuatan spiritual dan keagungan alam Dieng.
Museum bangunan dirancang untuk memandu pengunjung menyelami sejarah alam dan budaya Dieng sebelum menjelajahi situs-situs lapangan.
2. Koleksi & Pameran Utama
- Artefak Arkeologi: Arca, prasasti, dan fragmen candi, sebagian besar terbuat dari batuan vulkanik andesit lokal, menjadi bukti keterampilan leluhur dalam memanfaatkan material geologi setempat.
- Informasi Geologi: Panel dan diorama yang menjelaskan proses vulkanik pembentuk Dataran Tinggi Dieng, aktivitas hidrotermal, serta kaitannya dengan lanskap kawah, telaga, dan sumber panas bumi.
- Etnografi Budaya: Dokumentasi dan penjelasan tentang tradisi unik seperti Ruwatan Rambut Gimbal , termasuk filosofi gunung dan hutan yang melekat.
- Flora & Fauna Endemik: Penjelasan mengenai tanaman khas dataran tinggi vulkanik, serta satwa yang beradaptasi dengan suhu dingin Dieng.
3. Peran dalam Geopark
Museum Kailasa tidak hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan artefak, tetapi juga sebagai pusat interpretasi dan edukasi yang menghubungkan pengunjung dengan tiga pilar utama UNESCO Global Geoparks:
- Geologi: Penjelasan ilmiah proses pembentukan Dieng dan potensi georesources.
- Biologi: Pendidikan tentang keanekaragaman hayati yang lahir dari tanah vulkanik.
- Budaya: Penyajian warisan sejarah, mitologi, dan tradisi masyarakat Dieng.
4. Dimensi Mitologis
Banyak koleksi museum yang memiliki akar dalam legenda setempat—mulai dari kisah-kisah pewayangan yang terkait dengan percandian hingga artefak yang diyakini memiliki nilai spiritual. Dengan demikian, Museum Kailasa juga menjadi ruang yang menjembatani ilmu pengetahuan dan kearifan lokal , dua sisi yang saling melengkapi dalam memahami Dieng.