Gambaran Umum
Gunung Pangonan berdiri di ketinggian sekitar 2.300 meter di kawasan Dataran Tinggi Dieng. Meski namanya “gunung,” ia sebenarnya bukan gunung aktif, melainkan bagian dari kaldera purba yang sudah lama padam. Kawahnya kini tak lagi berasap, melainkan berubah menjadi lanskap landai dengan padang savana yang luas. Bentuknya yang ramah dan jalur pendakiannya yang ringan membuat Gunung Pangonan populer sebagai tujuan trekking santai.
Proses Geologi & Bentang Alam
Gunung ini terbentuk dari letusan besar ribuan tahun lalu yang menyisakan dinding kaldera raksasa. Seiring waktu, erosi dan pelapukan membentuk lereng-lereng landai serta cekungan yang kini berubah menjadi telaga dan padang rumput. Dari puncaknya, hamparan Telaga Merdada terlihat jelas, sebuah kawah besar yang kini terisi air hujan dan menjadi telaga terbesar di Dieng. Tak jauh dari sana, Telaga Sumurup menampilkan padang savana luas dengan warna rumput yang berubah mengikuti musim: hijau segar saat musim hujan dan keemasan ketika kemarau.
Vegetasi & Ekologi
Di lereng bawah, hutan pegunungan dengan cemara gunung, paku-pakuan, dan semak tropis masih tumbuh rapat. Semakin ke atas, lanskap berubah menjadi padang savana terbuka dengan rumput tinggi, tanaman perdu, dan bunga liar. Kadang, pengunjung bisa menjumpai burung endemik Jawa, kupu-kupu, atau bahkan kijang kecil yang melintas di area tenang.
Aktivitas Wisata
Gunung Pangonan sering disebut jalur ideal untuk pendaki pemula. Medannya landai, tapi pemandangannya spektakuler. Area puncaknya cukup luas untuk berkemah, dan saat matahari terbit, panorama Dieng terlihat lepas tanpa halangan. Bagi pecinta fotografi, Pangonan adalah tempat terbaik untuk membingkai Telaga Merdada dari ketinggian. Sementara itu, jelajah savana Telaga Sumurup di pagi hari memberi pengalaman berbeda: hamparan rumput berembun yang berkilau di bawah cahaya matahari.
Mitologi & Nilai Budaya
Selain indah, Pangonan juga menyimpan aura mistis dalam cerita rakyat setempat. Gunung ini diyakini sebagai tempat bersemayam makhluk gaib dan leluhur. Beberapa kisah menyebut area savana sebagai titik berkumpulnya penunggu gunung-gunung di Dieng. Karena itu, penduduk lokal menghormati kawasan ini sebagai tempat sakral. Saat melintas, ada etika tak tertulis: jangan berkata kasar, jangan mengambil tanaman, dan selalu jaga kebersihan.
Tips & Keamanan
Suhu di puncak bisa turun hingga di bawah 10 °C pada malam hari, jadi jaket tebal dan alas kaki yang nyaman wajib dibawa. Musim kemarau (Mei–September) adalah waktu terbaik untuk pendakian karena jalur lebih kering dan langit lebih cerah. Pengunjung dianjurkan untuk mempraktikkan prinsip leave no trace—bawa kembali sampah dan hormati lingkungan. Jika berkemah atau memotret area tertentu, sebaiknya juga menghormati adat lokal dengan memberi salam atau meminta izin pada warga sekitar.
Mengapa Gunung Pangonan Istimewa?
Gunung Pangonan unik karena menghadirkan lanskap savana di tengah pegunungan vulkanik Jawa, sesuatu yang jarang dijumpai. Dari sini, pengunjung bisa menikmati sudut pandang strategis ke Telaga Merdada sekaligus hamparan Dieng lainnya. Ditambah sentuhan mistis dari mitologi lokal, pengalaman berkunjung ke Pangonan jadi lebih dari sekadar perjalanan alam—ia juga sebuah perjalanan budaya dan spiritual.