Gambaran Umum

Kawah Sileri adalah kawah paling aktif di Dieng, terletak di tengah bentang alam vulkanik yang masih hidup. Namanya berasal dari kata Jawa leri—air cucian beras—karena air kawah berwarna abu-keperakan, mirip sisa cucian padi. Dari kawah ini, aliran air dan lumpur bergerak menuju Sungai Dolog, membawa mineral yang berasal dari proses vulkanik bawah permukaan.

Aspek Geologi

Sileri termasuk kawah hidrotermal aktif, manifestasi dari sistem magmatik dangkal Dieng. Aktivitasnya ditandai oleh letusan freatik, yakni ledakan uap akibat air tanah yang bersentuhan dengan batuan panas. Air kawah mengandung silika, sulfur, dan mineral logam, membuat warnanya keruh keperakan. Selain itu, kawah ini juga mengeluarkan gas vulkanik seperti H₂S, CO₂, dan SO₂—yang pada konsentrasi tinggi bisa berbahaya bagi makhluk hidup.

Riwayat Aktivitas & Letusan

Kawah Sileri dikenal “gelisah” dengan riwayat letusan yang panjang:

  • 1944, 1964, 1984 → letusan besar menyemburkan lumpur dan air panas hingga ratusan meter.
  • 2003, 2009 → aktivitas sedang-besar, semburan material mencapai ±200 m.
  • 2017 → letusan mendadak di siang hari, lumpur menyembur hingga area wisata dan melukai pengunjung. Kejadian ini jadi alasan penutupan permanen Kawah Sileri untuk wisata umum.

Zona Bahaya

Berada terlalu dekat dengan kawah berisiko tinggi karena:

  • Lontaran material berupa lumpur, batu, dan uap panas.
  • Gas beracun (H₂S) yang lebih berat dari udara dan bisa terkumpul di area rendah.
  • Tanah rapuh di sekitar kawah yang mudah runtuh karena rongga panas di bawahnya.

Status Pariwisata

Sejak 2017, akses langsung ke Kawah Sileri ditutup demi keselamatan pengunjung. Kini kawasan hanya bisa dilihat dari titik pandang aman, serta digunakan untuk penelitian geologi, pemantauan vulkanologi, dan edukasi terbatas.

Nilai Budaya & Mitologi

Bagi masyarakat setempat, Kawah Sileri bukan hanya gejala alam, tapi juga sarat makna spiritual:

  • Penunggu kawah → dipercaya ada kekuatan gaib yang menjaga kawah, letusan dianggap sebagai “peringatan” atau ekspresi kemarahan alam.
  • Simbol kekuatan bumi → aktivitas kawah mengingatkan manusia bahwa Dieng adalah wilayah vulkanik aktif yang perlu dihormati.
  • Ritual adat → di masa lalu, masyarakat melakukan upacara tolak bala untuk meredam “roh penjaga” kawah ini.

Mengapa Kawah Sileri Istimewa?

  • Menjadi kawah paling aktif di Dieng, sekaligus laboratorium alami untuk mempelajari letusan freatik.
  • Menjadi pengingat pentingnya keselamatan geowisata, khususnya manajemen risiko di kawasan vulkanik.
  • Menyatukan sains dan mitos, menghadirkan narasi kaya antara fenomena geologi dan budaya lokal.