Lokasi: Barat Kompleks Candi Arjuna, Dieng Kulon, Banjarnegara
Status: Cagar Budaya Nasional – Percandian Dieng
Periode Pembangunan: Diperkirakan abad ke-8/9 Masehi, pada masa pemerintahan Ratu Sima
1. Sejarah & Keunikan Arsitektur
Candi Gatotkaca merupakan bagian dari kelompok candi yang memvisualisasikan tokoh-tokoh Mahabharata. Meskipun saat ini hanya tersisa satu bangunan utuh, situs ini dahulu dipercaya dikelilingi beberapa candi kecil lainnya yang membentuk kesatuan sakral. Arsitekturnya sederhana namun tegas, dengan denah bujur sangkar dan atap bertingkat, menampilkan pahatan kala-makara di pintu masuk yang menjadi ciri khas candi-candi Dieng.
2. Geologi & Pemilihan Lokasi
- Material: Batuan andesit lokal yang terbentuk dari aktivitas vulkanik purba di Dataran Tinggi Dieng.
- Lokasi Strategis: Terletak di dataran tinggi yang stabil secara geotektonik, namun cukup dekat dengan sumber batuan vulkanik untuk memudahkan pengambilan material.
- Konteks Geologis: Posisi candi ini menunjukkan kemampuan leluhur memilih lokasi aman dari bahaya letusan langsung, sambil tetap mempertahankan nilai sakral dengan pemandangan terbuka ke pegunungan.
3. Fungsi & Nilai Budaya
Candi ini diyakini sebagai tempat pemujaan Dewa Siwa atau dewa-dewa pelindung dalam agama Hindu, sekaligus menjadi monumen penghormatan terhadap tokoh Gatotkaca—simbol keberanian, kekuatan, dan perlindungan. Letaknya yang berhadapan dengan Museum Dieng Kailasa menjadikannya titik awal yang ideal untuk memahami konteks sejarah dan budaya Dieng secara menyeluruh.
4. Mitologi Lokal
Gatotkaca, putra Bima dalam kisah Mahabharata, dikenal memiliki tubuh sakti yang tidak mempan senjata, mampu terbang, dan menjadi pelindung Pandawa. Dalam tradisi lisan Dieng, Candi Gatotkaca dipandang sebagai monumen penjaga kawasan suci Arjuna, sekaligus simbol benteng spiritual yang melindungi masyarakat dari marabahaya.